Adu Kerbau atau Ma'pasilaga Tedong

Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara merupakan daerah tujuan wisata andalan di Sulawesi Selatan yang mempunyai adat istiadat dan alam yang sangat mempesona yang membuat kita rindu untuk kembali kesana. Salah satu yang wajib untuk disaksikan jika berkunjung ke Toraja adalah kegiatan adu kerbau atau dalam bahasa Toraja disebut Ma'pasilaga Tedong.

Mapasilaga Tedong diselenggarakan dalam satu rangkaian dengan upacara Adat Rambu Solo, yaitu upacara pemakaman orang yang telah meninggal dunia. Dalam adat masyarakat Toraja, Kerbau merupakan hewan yang dianggap suci, begitu pula dalam acara ini kerbau yang diadu bukanlah kerbau sembarangan tetapi merupakan kerbau aduan (pilihan)  yang mempunyai otot yang kekar dan jenis jenis tertentu. Biasanya kerbau yang diadu adalah jenis Kerbau Pudu' (Kerbau berwarna hitam), Kerbau Saleko (Kerbau berwarna belang hitam putih), Kerbau Bonga (kerbau yang mempunyai warna putih di sekitar kepala), Kerbau Lotong Boko'(kerbau yang mempunyai warna putih dipunggung) dan masih banya jenis kerbau yang lain.

Tampang allo

tampang allo imageSejarah singkat obyek wisata Tampang Allo (atau Tampangallo) ini merupakan sebuah kuburan gua alam yang terletak di Kelurahan Kaero Kecamatan Sangalla' dan berisikan puluhan erong, puluhan tau-tau dan ratusan tengkorak dan tulang belulang manusia. Pada sekitar abad ke 16 oleh penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bulaan memilih Gua Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia.

Demikianlah Rangga Bulaan di gadis cantik, asuhan sang kera, meninggal lebih dahulu dan jenazahnya dimasukkan ke dalam Erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Sedangkan Sang Puang Manturino pada saat meninggal Erong ditempatkan pada pemakaman losso' yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Entah bagaimana kemudian erong Sang Puang ternyata kosong. Sedangkan jenazahnya telah bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Lama setelah Sang Puang dan istrinya Rangga Bulaan meninggal dunia pusaka kerajaan yang disebut Bakasiroe' diambil alih oleh Puang Musu' sebagai penguasa Tongkonan Puang Kalosi.

Pada masa itu juga Tana Toraja yang dikenal sebagai Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berada dalam kekacauan akibat serangan dari kerajaan Bone. Terjadi juga peperangan antara daerah/ masyarakat setempat dan tentara Bone membantu salah satunya dan akibat yang kalah perang dirampas sawah dan kekayaannya serta orang-orangnya dikirim ke Madan dan ke daerah Bugis.

Puang Musu' membawa pusaka Baka Siroe' mengungsi ke Madan dan sewaktu Puang ini menyeberang sungai Sa'dan dan salah seorang yang bernama Karasiak membunuh Puang Musu' dan merampas Baka Siroe'. Keturunan Puang Musu' selalu berusaha dengan cara apapun untuk mengembalikan pusaka Baka Siroe' ke tempatnya semula pada tahun 1934, terjadilah perdamaian antara Puang Musu' dengan keturunan Karasiak melalui perkawinan.

Kemudian dengan lahirnya anak di pari tangga, Pusaka Baka Siroe' diberikan kepada anak tersebut untuk menyimpan dan memeliharanya. Demikian juga tempat pemakaman mereka kelak disepakati di Gua Tampang Allo sebagai perwujudan perjanjian dan sumpah suami istri yaitu "sehidup semati satu kubur kita berdua".

tondon makale

Letaknya di tepi jalanan kecil di dekat pasar Makale. Di sisi dari bukit terdapat barisan tau tau di muka dari kuburan gua. Kuburan ini adalah kepunyaan para keluarga bangsawan. Tau-tau adalah patung yang menggambarkan si mati. Pada pemakaman golongan bangsawan atau penguasa / pemimpin masyarakat muka salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara acara adat), ialah pembuatan tau-tau. Tau-tau ini dibuat dari kayu nangka yang kuat yang pada saat penebangannya dilakukan secara adat. Mata yang hitam dibuat dari tulang dan tanduk kerbau. Tau-tau tersebut diatas terdapat di Toraja yakni tempat pekuburan di dinding berbatu.

Suaya

suaya imageKuburan berada di salah satu sisi dari bukit. Dipahat sebagai tempat beristirahat dari tujuh raja dan keluarga kerajaan Sangalla. Tau-tau dari raja-raja dan keluarga raja berpakaian sesuai dengan pakaian adat raja Toraja di tempatkan dimuka kuburan batu. Tangga batu tersedia untuk naik ke bukit dimana raja dikala hidupnya digunakan untuk bersepi-sepi, ditempat itu akan dibuat museum untuk menempatkan harta kekayaan dari raja-raja Sangalla.

Siguntu'

Objek wisata Siguntu' yang terletak di Dusun Kadundung, Desa Nonongan Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 5 km dari Kota Rantepao. Objek wisata Siguntu' mempunyai daya tarik utama adalah Tongkonan yang unik dan berada di sebuah bukit dengan pemandangan yang mempesona, dikelilingi hamparan sawah pada bagian timur serta tebing-tebing bukit Buntu Tabang. Obyek Wisata Siguntu' mempunyai arti dan makna yang sangat luas dimana semula Tongkonan ini dikenal sebagai Tongkonan Tirorano yang bertempat di Tirorano rang dibangun oleh Pong Tanditulaan namun oleh karena sudah roboh dan tempatnya yang kurang strategis maka oleh keluarga membangun kembali dan disatukan di Siguntu'.

Bersama Tongkonan Siguntu' dan Tongkonan Solo' itulah yang disebut Siguntu'. Tongkonan tersebut dibuka sebagai objek wisata tahun 1973 dan pada tahun 1974 Tongkonan ini dirara (diupacarakan secara adat / Rambu Tuka') dimana dihadiri oleh para delegasi 60 negara asing yang mengikuti konferensi PATA di Jakarta tahun 1974. Sejak itulah Toraja semakin dikenal sebagai Daerah Tujuan Wisata yang handal dan menakjubkan.

Rante karassik

Obyek wisata uli berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat Rantepao. Jaraknya hanya ± 200 m dari poros jalan Makale- Rantepao. Rante Karassik adalah tempat pelaksanaan upacara adat pemakaman bangsawan dari Tongkonan Kamiri di Potoksia Buntu Pune. Rante tersebut mulai digunakan pada abad ke 19 oleh Pong Maramba' untuk acara upacara adat Rambu' Solo' Rapasan Sundun bagi keluarganya.

Lokasi ini memiliki batu simbuang megalit (menhir) yang jumlahnya 12 buah masih megah tertancap di atas tanah, dan ada yang ringginya 7,5 m serta puluhan lainnya masih tertanam di dalam tanah. Menhir ini adalah simbol bahwa telah sekian banyak upacara adat Rambu Solo' Rapasan yang telah dilaksanakan di lokasi tersebut.

foto 2

toraja culture image