Masuknya Injil Di Toraja

Tana Toraja, sebuah negeri di atas pegunungan, di pedalaman Sulawesi Selatan. Dipandang dari letaknya, tidaklah terlalu strategis, jika dibanding daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan. Toraja adalah sebuah misteri. Hendrik Kraemer mengatakan, “Toraja akan menjadi pusat perhatian di Indonesia bagian Timur”. Hal ini disampaikannya puluhan tahun yang lampau. Toraja itu indah. Toraja itu Firdaus yang hilang. Dan ada yang bercita-cita meninggal dan di kuburkan di Tana Toraja.
Toraja adalah misteri, tentu dengan hubungannya dengan Injil Yesus Kristus. Injil datang, bertumbuh dan berkembang di sana, adalah suatu rahasia yang mendalam, yang tidak dapat diukur dan diselami. Akhirnya, misteri itupun memuncak ke permukaan. Tana Torajalah salah satu tempat yang digunakan Allah untuk menyatakan kebesaran kasih dan kelimpahan damai sejahtera-Nya bagi dunia ini. Tana Toraja dan orang-orang Toraja, hanya alat untuk mencapai manusia yang dikasihi-Nya. Pemahaman dan kesadaran barupun muncul. Berbahagialah orang Toraja, karena Injil membuat tempat terpencil itu bertumbuh, terbuka, mengenal ilmu pengetahuan dan kemajuan dalam berbagai segi.

Anthonie Aris Van de Loosdrecht, 28 tahun, utusan Injil GZB, adalah penginjil yang pertama kali menginjakkan kaki di Tana Toraja. Ia datang pada tanggal 10 November 1913. Ia seorang muda yang berangkat dari negerinya – Nederland, menempuh suatu perjalanan yang panjang melintasi benua dan samudera untuk membawa berita Injil ke Tana Toraja. Ia berangkat dan tidak pernah kembali lagi ke negerinya. Dialah yang memulai pekhabaran Injil di Tana Toraja. Ia membuka sekolah di beberapa tempat. Ia mengalami banyak tantangan dalam menjalankan misinya, terutama karena orang Toraja sulit berpindah keyakinan.

Sesudah dua tahun menunggu, baru ada 4 orang pemuda yang bersedia mengikuti pelajaran Agama Kristen, yaitu Welem Bokko’, Kadang, Taroe’ dan Pabolo. Tanggal 23 Mei 1915, keempat pemuda itu dibabtis.

Akan tetapi kemudian hari Welem Bokko’ murtad. Babtisan kedua dilakukan pada tanggal 11 Juli 1917 terhadap 9 orang di Kalambe’. Beberapa hari setelah itu, tepatnya pada tanggal 26 Juli 1917, Anthonie Aris Van de Loosdrecht terbunuh di rumah Guru Manumpil di Bori’. Sebatang tombak tertancap pada punggung menembus perutnya. Ia menjadi martir pertama di Tana Toraja. Karena itu, beliau tetap dikenang sampai sekarang dan sepanjang masa.

Pendeta D. J. Van Dijk tiba di Tana Toraja menggatikan almarhum Anthonie Aris Van de Loosdrecht pada tahun 1927. Seperti pendahulunya, iapun banyak mengalami kesulitan. Namun demikian, dalam tahun 1932 – 1945 pemberitaan Injil mengalami kemajuan dan pertumbuhan luar biasa. Tahun 1929 : 78 orang dibabtis; tahun 1932 : 6301 orang dibabtis; tahun 1936 : 10.831 orang dibabtis; tahun 1938 : 12.251 orang dibabtis; dan tahun 1945 : 45.000 orang dibabtis.

Akhirnya, secara kelembagaan, Gereja Toraja berdiri pada tahun 1947, yaitu saat dimulainya Sidang Sinode Am yang pertama.
Dikutip dari bacaan : “Sebuah Alur Perjalanan Suatu Jemaat”.

Oleh :

Pnt. Anthonius Sarampang

(Anggota BPM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar