Tampang allo

tampang allo imageSejarah singkat obyek wisata Tampang Allo (atau Tampangallo) ini merupakan sebuah kuburan gua alam yang terletak di Kelurahan Kaero Kecamatan Sangalla' dan berisikan puluhan erong, puluhan tau-tau dan ratusan tengkorak dan tulang belulang manusia. Pada sekitar abad ke 16 oleh penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bulaan memilih Gua Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia.

Demikianlah Rangga Bulaan di gadis cantik, asuhan sang kera, meninggal lebih dahulu dan jenazahnya dimasukkan ke dalam Erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Sedangkan Sang Puang Manturino pada saat meninggal Erong ditempatkan pada pemakaman losso' yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Entah bagaimana kemudian erong Sang Puang ternyata kosong. Sedangkan jenazahnya telah bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Lama setelah Sang Puang dan istrinya Rangga Bulaan meninggal dunia pusaka kerajaan yang disebut Bakasiroe' diambil alih oleh Puang Musu' sebagai penguasa Tongkonan Puang Kalosi.

Pada masa itu juga Tana Toraja yang dikenal sebagai Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berada dalam kekacauan akibat serangan dari kerajaan Bone. Terjadi juga peperangan antara daerah/ masyarakat setempat dan tentara Bone membantu salah satunya dan akibat yang kalah perang dirampas sawah dan kekayaannya serta orang-orangnya dikirim ke Madan dan ke daerah Bugis.

Puang Musu' membawa pusaka Baka Siroe' mengungsi ke Madan dan sewaktu Puang ini menyeberang sungai Sa'dan dan salah seorang yang bernama Karasiak membunuh Puang Musu' dan merampas Baka Siroe'. Keturunan Puang Musu' selalu berusaha dengan cara apapun untuk mengembalikan pusaka Baka Siroe' ke tempatnya semula pada tahun 1934, terjadilah perdamaian antara Puang Musu' dengan keturunan Karasiak melalui perkawinan.

Kemudian dengan lahirnya anak di pari tangga, Pusaka Baka Siroe' diberikan kepada anak tersebut untuk menyimpan dan memeliharanya. Demikian juga tempat pemakaman mereka kelak disepakati di Gua Tampang Allo sebagai perwujudan perjanjian dan sumpah suami istri yaitu "sehidup semati satu kubur kita berdua".

tondon makale

Letaknya di tepi jalanan kecil di dekat pasar Makale. Di sisi dari bukit terdapat barisan tau tau di muka dari kuburan gua. Kuburan ini adalah kepunyaan para keluarga bangsawan. Tau-tau adalah patung yang menggambarkan si mati. Pada pemakaman golongan bangsawan atau penguasa / pemimpin masyarakat muka salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara acara adat), ialah pembuatan tau-tau. Tau-tau ini dibuat dari kayu nangka yang kuat yang pada saat penebangannya dilakukan secara adat. Mata yang hitam dibuat dari tulang dan tanduk kerbau. Tau-tau tersebut diatas terdapat di Toraja yakni tempat pekuburan di dinding berbatu.

Suaya

suaya imageKuburan berada di salah satu sisi dari bukit. Dipahat sebagai tempat beristirahat dari tujuh raja dan keluarga kerajaan Sangalla. Tau-tau dari raja-raja dan keluarga raja berpakaian sesuai dengan pakaian adat raja Toraja di tempatkan dimuka kuburan batu. Tangga batu tersedia untuk naik ke bukit dimana raja dikala hidupnya digunakan untuk bersepi-sepi, ditempat itu akan dibuat museum untuk menempatkan harta kekayaan dari raja-raja Sangalla.

Siguntu'

Objek wisata Siguntu' yang terletak di Dusun Kadundung, Desa Nonongan Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 5 km dari Kota Rantepao. Objek wisata Siguntu' mempunyai daya tarik utama adalah Tongkonan yang unik dan berada di sebuah bukit dengan pemandangan yang mempesona, dikelilingi hamparan sawah pada bagian timur serta tebing-tebing bukit Buntu Tabang. Obyek Wisata Siguntu' mempunyai arti dan makna yang sangat luas dimana semula Tongkonan ini dikenal sebagai Tongkonan Tirorano yang bertempat di Tirorano rang dibangun oleh Pong Tanditulaan namun oleh karena sudah roboh dan tempatnya yang kurang strategis maka oleh keluarga membangun kembali dan disatukan di Siguntu'.

Bersama Tongkonan Siguntu' dan Tongkonan Solo' itulah yang disebut Siguntu'. Tongkonan tersebut dibuka sebagai objek wisata tahun 1973 dan pada tahun 1974 Tongkonan ini dirara (diupacarakan secara adat / Rambu Tuka') dimana dihadiri oleh para delegasi 60 negara asing yang mengikuti konferensi PATA di Jakarta tahun 1974. Sejak itulah Toraja semakin dikenal sebagai Daerah Tujuan Wisata yang handal dan menakjubkan.

Rante karassik

Obyek wisata uli berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat Rantepao. Jaraknya hanya ± 200 m dari poros jalan Makale- Rantepao. Rante Karassik adalah tempat pelaksanaan upacara adat pemakaman bangsawan dari Tongkonan Kamiri di Potoksia Buntu Pune. Rante tersebut mulai digunakan pada abad ke 19 oleh Pong Maramba' untuk acara upacara adat Rambu' Solo' Rapasan Sundun bagi keluarganya.

Lokasi ini memiliki batu simbuang megalit (menhir) yang jumlahnya 12 buah masih megah tertancap di atas tanah, dan ada yang ringginya 7,5 m serta puluhan lainnya masih tertanam di dalam tanah. Menhir ini adalah simbol bahwa telah sekian banyak upacara adat Rambu Solo' Rapasan yang telah dilaksanakan di lokasi tersebut.

foto 2

toraja culture image













FOTO-FOTO DARI TORAJA

Sillanan



Obyek wisata Ma'duang Tondok terletak di kecematan Mengkendek ± 20 km arah selatan Makale di Desa Sillanan. Objek tersebut didukung oleh 4 objek wisata yaitu;

Obyek wisata Lo'ko'wai
Obyek wisata To'Banga
Obyek wisata Pangrapasan dan Ma'dandan
Obyek wisata Tongkonan Karua Sillanan

Objek tersebut masing-masing mempunyai daya tarik yang spesifik dan mempunyai keunggulan tersendiri seperti:

Lo'ko wai; di tempat lokasi ini terdapat mayat bayi yang unik dan awet (di mummy) di mana rambut, kuku, gigi serta kulitnya masih utuh meskipun umur mayat tersebut diperkiran sudah berumur ± 4½ abad. Mayat tersebut di sakralkan oleh masyarakat di wilayah adat Ma'duang Tondok yang secara mitologis diyakini adalah keturunan Dewa.

Kurang lebih 400 m sebelah selatan terdapat kuburan manusia purba yang terdiri dari tumpukan Erong, serta beberapa liang pahat disekitarnya. Hal lain yang bisa kita nikmati disekitar objek-objek ini adalah beberapa liang pahat disekitarnya. Hal lain yang bisa kita nikmati disekitar objek-objek ini adalah keindahan alam. Para pengunjung masih dapat menyaksikan pohon-pohon tropis yang terpelihara walaupun umurnya telah tua berkhasiat obat. Perkampungan tradisional yang masih asli dan unik tempat upacara adat, satu benteng pertahan yang digunakan untuk memantau musuh pada sekitar abad ke 16. Dan tidak pernah diterobos oleh musuh pada zaman dahulu. Wilayah obyek wisata Ma'duang Tondok secara keseluruhan sampai saat ini masih terpelihara dengan baik dan siap menanti kunjungan anda.

Pasar kerbau


Kerbau-kerbau yang diperjualbelikan di Pasar Bolu, Kecamatan Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan bukan hanya terlihat di tengah pasar. Di pinggir pasar, banyak pula kerbau yang menanti datangnya pembeli. Foto diambil baru-baru ini. [Pembaruan/Aa Sudirman]. “Datang pagi – pagi ke pasar kerbau di Bolu tidak ada duanya di dunia. Hanya buka seminggu sekalo,”kata seorang kawan di Jakarta saat mendengar rencana Pembaruan ke Tana Toraja. Pasar Kerbau ? Mengapa mesti ke sana ? Budaya Toraja memang tidak bias dipisahkan dari kerbau atau dalam bahasa setempat disebut Tedong.

Tapi pasar kerbau? Apa yang menarik?

Bukankah yang menarik bagi wisatawan di sana biasanya adalah upacara Rambu Solo atau upacara kematian yang sering dimeriahkan dengan adu kerbau. Atau Tongkonan, rumah keluarga khas Toraja yang terkenal itu. Atau bukit dan gunung yang dijadikan tempat penyimpanan mayat yang dahsyat. Semua pertanyaan itu terjawab saat tiba di pintu masuk pasar Bolu. Pasar tersebut terletak di desa yang dalam bahasa setempat di sebut Lembang, Tallunglipu, Kecamatan Rantepao. Belum jam 9.00 Jumat pekan lalu itu. Dan ternyata pasar itu tidak hanya menjual kerbau. Di bagian belakang pasar itu juga terlihat jual beli babi. Angin masih terasa dingin saat itu. Setelah melalui puluhan warung serta kendaraan angkutan kota di samping pasar, pemandangan itu pun terlihat di depan mata. Ratusan kerbau. Ini bukan pemandangan biasa. Seorang pedagang menyebutkan, setiap hari pasar sekitar 500 kerbau diperjualbelikan. Pasar Bolu bukan hanya menawarkan wisata mata semata. Di balik kesibukan di pasar tersebut terdapat banyak makna yang berkaitan dengan budaya Toraja. Hal tersebutlah yang diterangkan Kepada Dinas Pariwisata, Kabupaten Tana Toraja, Lewaran Rantela'bi. Menurut pria yang sangat bersemangat jika diajak bicara tentang budaya Toraja itu, pasar kerbau berlangsung enam hari sekali. Bukan seminggu sekali. Hari pasar yang ditetapkan enam hari sekali itu merupakan hasil perhitungan leluhur masyarakat Toraja sejak ratusan tahun lalu.



"Banyak aspek penting yang bisa kita dapatkan jika kita mau mempelajari budaya Toraja. Setiap upacara adat bahkan jual beli kerbau merupakan refleksi keluhuran ilmu pengetahuan leluhur kami. Setiap motif ukiran Toraja mempunyai makna filosofi tentang kehidupan kita semua. Motif kerbau pasti ada dalam ukiran di Tongkonan milik orang Toraja. Itu tanda betapa kerbau punya hubungan mendalam dalam kehidupan kami," paparnya.



SIBUK

Lepas dari urusan makna itu, yang pasti, di pasar itu ratusan kerbau beragam jenis dan ukuran berkeliaran di tengah dan di pinggir-pinggir pasar. Ukuran dan jenis tanduknya pun berbeda-beda. Jangan lupa, warna dan jenis kulit kerbau merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga kerbau. Jika kerbau kecil berwarna hitam hanya dihargai sekitar 5 juta, dan kerbau hitam besar sekitar 10-15 juta maka kerbau belang yang lebih dikenal dengan istilah Tedong Bonga harganya bisa mencapai sekitar 60 juta rupiah.

"Saya punya kerbau Saleko yang kepalanya putih, bagian badan belang dan kakinya putih. Sudah ada yang menawar 80 juta. Tapi belum saya jual," ungkap Yohan Singkali tentang kerbau Saleko yang langka ditemukan dan punya nilai jual tinggi jika dibandingkan dengan jenis kerbau lainnya.

Puluhan kerbau terlihat di kandang-kandang yang telah disediakan di tengah pasar.

Ratusan manusia, sebagian besar adalah pria dengan sarung di pinggangnya berjalan hilir mudik. Ada pula yang menutupi kepalanya dengan sarung. Beberapa diantaranya sibuk memasukkan rumput ke mulut kerbau. Ada pula yang tengah menggosok kerbaunya. Ada yang tengah beradu tawar. Ya, ya, ya, inilah wisata mata yang lain dari yang lain.



UNIK

Berjalan-jalan di pinggir atau di dalam pasar yang berupa lapangan berumput sungguh menyenangkan. Menyelinap di balik barisan kerbau juga pengalaman menyenangkan. Kehati-hatian jelas harus dijaga. Tanduk kerbau dewasa yang runcing jelas bisa menembus baju dan jaket kita juga jika sang kerbau tiba-tiba saja bertindak agresif.

Bukankah semua itu tujuan wisata yang menarik? Tidak salah jika Pemerintah Daerah Toraja sebagaimana terlihat dalam situs toraja.go.id menyebutkan bahwa pasar Bolu merupakan salah satu tujuan wisata di Tana Toraja.



Tapi apa benar pasar sudah menjadi tujuan wisata? Rasanya sekarang sudah kurang tepat lagi. Bukan apa-apa, sejak terjadinya aksi-aksi para pengecut yang melakukan pengeboman di Bali, di Jakarta dan di beberapa tempat lain, jumlah kunjungan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara ke Tana Toraja terus menurun. Jika pada 2000 jumlah wisatawan dalam dan luar negeri mencapai jumlah 76.377 orang, pada 2004 data pemda setempat menyiratkan kondisi memprihatinkan. Hanya 27.564 orang. Penurunan tajam yang sebagian besar disebabkan keengganan wisatawan asing datang ke Indonesia karena alasan keamanan tampak jelas dalam data pada 2004. Jumlah wisatawan asing yang datang pada tahun itu hanya 5.762 orang sedangkan wisatawan dalam negeri tercatat 21.802 orang.



Faktor keamanan yang merupakan syarat penting dalam industri pariwisata, tidak terpenuhi. Wisatawan jelas tidak bisa dipersalahkan. Jangan lupakan soal transportasi menuju Tana Toraja yang juga tidak mudah. Sekitar tujuh hingga delapan jam perjalanan darat dengan menggunakan bus dari Makassar. Melelahkan. Hanya ada dua kali penerbangan udara dalam seminggu dari dua kota itu. Apapun, yang jelas, muramnya potret pariwisata di Toraja terlihat atau setidak-tidaknya bisa disimpulkan dari jumlah wisatawan di Pasar Bolu. Hanya ada beberapa wisatawan asing yang terlihat tengah mengelilingi pasar Bolu. Selebihnya, ya, para pedagang dan pembeli kerbau.



Satu lagi fakta dampak gangguan keamanan pada sektor pariwisata. Padahal jika saja pemerintah sudah bisa membabat habis aktor intelektual yang merancang aksi-aksi bom di Indonesia, dan jalur transportasi dari dan menuju Tana Toraja semakin cepat dan murah, wisatawan akan kembali datang. Bukankah Tana Toraja pernah menjadi favorit para wisatawan.

Dan Pasar Bolu, jelas bisa menjadi daerah tujuan wisata yang unik. Bukan saja terunik di Toraja atau di Sulawesi Selatan atau di Indonesia. Bisa jadi pasar itu merupakan pasar terunik di planet ini. Dan ini aset besar bagi pariwisata di Indonesia. Sekaligus bukti betapa kayanya budaya Toraja. Betapa cerdasnya leluhur Toraja yang mampu melahirkan budaya sarat makna dan menarik untuk direnungkan

Nanggala Penanian

Dahulu kala seorang lelaki dari Gunung Sesean bernama "Tomadao" bertualang. Dalam petualangannya ia bertemu dengan seorang gadis dari gunung Tibembeng bernama "Tallo Mangka Kalena". Mereka kemudian menikah dan bermukim di sebelah timur desa Palawa' sekarang ini yang bernama Kulambu. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki bernama Datu Muane' yang kemudian menikahi seorang wanita bernama Lai Rangri'. Kemudian mereka beranak pinak dan mendirikan sebuah kampung yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan.

Apabila ada peperangan antara kampung dan ada lawan yang menyerang dan dikalahkan/dibunuh, maka darahnya diminum dan dagingnya dicincang dan disebut Pa'lawak. Pada pertengahan abad ke 11 berdasarkan musyawarah adat disepakati mengganti nama Pa'lawak menjadi Palawa'. Palawa' sebagai suatu kompleks perumahan adat. Dan bukan lagi daging manusia yang dimakan, tetapi diganti dengan ayam, dan disebut Pa'lawa' manuk. Keturunan Datu Muane secara berturut-turut membangun tongkonan di Palawa'.

Sekarang ini terdapat sebelas tongkonan (rumah adat) yang urutannya sebagai berikut (dihitung dari sebelah barat):


Tongkonan Salassa' dibangun oleh Salassa'
Tongkonan Buntu dibangun oleh Ne' Tatan
Tongkonan Ne' Niro dibangun oleh Patangke dan Sampe bungin
Tongkonan Ne' Darre dibangun oleh Ne' Matasik
Tongkonan Ne' Sapea dibangun oleh Ne' Sapiah
Tongkonan Katile dibangun oleh Ne' Pipe
Tongkonan Ne' Malle dibangun oleh Ne' Malle
Tongkonan Sasana Budaya dibangun oleh Ne' Malle
Tongkonan Bamba II dibangun oleh Patampang
Tongkonan Ne' Babu' dibangun oleh Ne' Babu'
Tongkonan Bamba I dibangun oleh Ne' Ta'pare

Sebagaimana layaknya tongkonan di Tana Toraja, maka tongkonan Palawa' juga memiliki rante yang disebut Rante Pa'padanunan dan liang tua (kuburan batu) di Tiro Allo dan Kamandi. Selain Tongkonan juga dibangun lumbung atau alang sura' (tempat menyimpan padi) sebanyak 5 buah.

Marante tondon

Pada mulanya Desa Tondon lasim disebut Mesa' Ba'bana Tondon Apa' Tepona Padang, yaitu Tondok Batu, Siba'ta, Kondo' dan Langi'. Sangpulo dua Karopi'na itulah Desa Tondon, yang dipimpin oleh dua pemangku adat yang lazim disebut Toparenge', yaitu Marante dan Barang Bua'. Fungsi Toparenge' disini adalah memimpin segala kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat baik itu upacara pesta syukur (Rambu Tuka') maupun upacara pesta pemakaman (Rambu Solo'), juga penentu kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam masyarakat. Seiring dengan kemajuan pembangunan dan terpilihnya Tana Toraja sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia.

Sejak itu juga Marante terpilih sebagai salah satu obyek wisata yang ada di Tana Toraja, karena Marante mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalan poros dari Makassar ke Palopo dan letaknya tidak jauh dari kota Rantepao yang jaraknya kira-kira 4 km. Disamping itu Marante mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing yang datang berkunjung ke Marante, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara/domestik

Obyek wisata Marante memiliki banyak daya tarik peninggalan-peninggalan kuno yaitu berupa;


Rumah adat (rumah tongkonan)
Patung-patung (tau-tau)
Erong
Kuburan batu/liang pahat
Patane (kuburan kayu)
Dan masih banyak lagi pemandangan yang bisa memikat hati wisatawan. Demikianlah sekelumit sejarah singkat dan daya tarik obyek wisata Marante.

Pangli


Patane (kuburan dari kayu berbentuk rumah Toraja) dibangun pada tahun 1930. Untuk seorang janda yang bernama Palindatu yang meninggal pada tahun 1920 dan diupacarakan secara adat Toraja tertinggi yang disebut Rapasan sapu randanan. Palindatu dikawini oleh seorang putra bernama Tangkeallo dan melahirkan beberapa anak.

Salah satu anaknya yang bungsu bernama Semba' alias Pong Massangka dengan gelar Ne' Babu' oleh kematian misionaris Belanda Arie van de Loosdrecht di Rante Dengen Bori' pada tanggal 27 Desember 1917, maka Pong Massangka alias Ne' Babu' salah satu yang tertuduh sehingga dihukum buang ke Bogor / Nusa Kambangan dan dikembalikan pada tahun 1930 ke Tana Toraja dan meninggal dunia pada tahun 1960 dalam usia 120 tahun (lahir 1840).

Mayat Pong Massangka dengan gelar Ne' Babu' disemayamkan dalam patane ini dan tau-taunya yang terbuat dari batu yang dipahat siap menanti kunjungan anda.

Lombok Parinding


Kuburan Erong Lombok Parinding adalah merupakan salah satu obyek wisata yang menarik karena mempunyai daya tarik tersendiri seperti Erong yang unik dan antik, yang terletak di Dusun Parinding Matampu Kecamatan Sesean, kurang lebih 7 km dari kota Rantepao ke utara. Lombok Parinding pertama kali ditempati oleh salah seorang yang bernama Tomangli anak dari suami istri Bongga Tonapo dan Datu Banua sekaligus cucu dari suami istri Palairan dan Patodemmanik dan disitulah mereka menetap mendirikan rumah sambil bertani-sawah.

Selanjutnya Tomangli melahirkan 8 orang dan anak Tomangli berkembang biak sampai sekarang (keturunan yang ke 7). Melihat dan memperhatikan serta menghitung-hitung umur dan kuburan erong Lombok Parinding mulai dari ke 8 orang anak-anak Tomongli sudah berumur kurang lebih 700 tahun. Demikianlah sejarah singkat kuburan erong Lombok Parinding. Semoga sejarah singkat ini dapat bermanfaat bagi wisatawan dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi.

Trekking

Trekking merupakan salah satu minat khusus dalam dunia pariwisata. Untuk daerah tujuan wisata Tana Toraja sangat cocok untuk trekking, oleh karena alam Tana Toraja sangat mendukung.
Indo'Sela', Torajaland Expedition, adalah salah satu usaha pariwisata yang mengurus orang yang berminat untuk trekking


Arum jeram


TANA Toraja adalah surga bagi penggemar arung jeram (rafting). Daerah ini memiliki sungai besar bernama Sungai Sa'dan yang sangat menantang. Wisatawan tidak hanya dipompa adrenalinnya, tapi juga disuguhi panorama indah.

Lokasi
Titik awal pengarungan dimulai dari jembatan gantung di Desa Buah Kayu. Sementara titik akhir jeram berada di Jembatan Pappi, Kabupaten Enrekang, yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Tana Toraja.

Gambaran umum
Sungai Sa'dan adalah sungai terbesar di Toraja. Lebarnya rata-rata 80 meter dengan panjang mencapai 182 km. Menjulur berliku dari dataran tinggi pegunungan Latimojong ke arah Kabupaten Pinrang di barat daya Kabupaten Tana Toraja. Pemandangan di sisi kiri dan kanan sungai sungguh indah.

Lama pengarungan di sungai ini adalah dua hari penuh dengan menginap di tengah perjalanan di pondok yang disebut lantang. Letaknya dipinggir sungai.

Menurut pengklasifikasian jeram, Sungai Sa'dan memiliki jeram kelas empat. Maksudnya, sangat sulit, aliran sungai berjeram panjang berturut turut dan berombak kuat, tak beraturan dan banyak batuan yang membahayakan, pusaran air yang berbuih buih, dan lintasan sulit diintai.

Bahkan ada satu jeram, yaitu Jeram Fitri yang memiliki tingkat jeram lima. Jeram ini berupa patahan dengan aus deras yang menabrak batu besar. Jika tak cukup piawai, perahu dapat menempel di batu dan terjebak di sana.

Karena itu, berarung jeram di Sungai Sa'dan tidak hanya membutuhkan keberanian melainkan juga kepiawaian. Akan sangat berguna jika awak perahu berpengalaman dan memiliki perlengkapan yang terbaik.

Ada dua operator yang mengelola wisata arung jeram. Kedua operator ini menyediakan river guide yang sangat berpengalaman dan menguasai medan jeram. Operator jeram tersebut adalah:
• Sobek Expedition, sebuah perusahaan waralaba Amerika Serikat yang juga mengelola wisata rafting di Bali dan Aceh. Perusahaan ini adalah perintis arung jeram di Sungai Sa'dan.
• Indo Sella Expedition, sebuah perusahaan yang dikelola oleh kampiun kayak Indonesia yang mengantongi lisensi American Whitewater Association, Agus Lamba.

Ada belasan jeram besar, antara lain Jeram Puru, Jeram Photo Stop, Jeram Lantak lantak, Jeram Nusa, Jeram Lolok, Jeram Fitri, dan Jeram Pembuangan Seba. Jeram yang terakhir paling berbahaya karena selain panjang dan bertebing di kiri dan kanan, juga terdapat under cut yang besar dan dalam.

Akses
Perjalanan dari Rantepao membutuhkan waktu sekitar tiga jam ke lokasi titik awal jeram. Dapat ditempuh dengan kendaraan jip yang disediakan operator arung jeram.

Tarif
Biaya untuk wisata arung jeram ini Rp.1.250.000 per orang.

Kontak operator

Indo' Sella' Expedition
Perumahan Azalea Blok B/15, Panakkukang Mas
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Telepon: (+62-411) 5073499
Hotline: (+62-813) 42270999
Faksimili : (+62 411) 439057

Sobek Expedition
Jl Pongtiku No 48, Rantepao, Tana Toraja, Indonesia
Telepon (+62-423) 21336
Faksimili (+62-423) 21615

Makula'


Daya tarik utama: Permandian air panas alam
Lokasi desa/lembang: Tokesan

Rekreasi bagi manusia-manusia modern yang kini hidupndi dalam abad komputer dan IPTEK yang canggih, bukan lagi sekedar sebagai pelengkap, tetapi sudah menjadi kebutuhan utama, untuk membuat otak, hati, dan perasaan mengalami refresing.


Oleh sebab itu kami mengajak Anda untuk segera mengunjungi Kolam Renang Air panas Makula' (Swimming Pool Spring) yang jaraknya hanya 28 km dari kota Rantepao arah ke selatan. Bila Anda tiba di sana tersedia kolam air panas. Kamar hotel yang representatif. Restaurant yang menyediakan bermacam makanan kesukaan Anda, dan pelayanan yang siap melayani Anda, serta tarif/harga yang berdamai. Pergi/pulang Anda dapat menikmati pemandangan alam yang menyenangkan hati. Prasarana jalannya beraspal. Selamat berekreasi dan jangan lupa membawa keluarga.

Code Rahasia HP Sony Ericson

Berikut ini adalah kunci kode tombol rahasia yang dapat anda jalankan sendiri dengan mengetiknya di keypad hp ponsel anda yang bermerek Sony Ericsson.

1. Melihat IMEI (International Mobile Equipment Identity)
Caranya tekan * # 0 6 #

2. Merubah bahasa menjadi bahasa inggris / english
Caranya tekan * # 0 0 0 0 #

3. Mengunci sim card agar tidak bisa mengganti simcard
Caranya tekan < * * <> * < < * < * Tambahan : kode diinput tanpa spasi

Museum Lando rundun

Daya tarik utama:
  • Rumah adat Toraja
Museum
Lokasi desa/lembang: Tallunglipu, Bolu - Rantepao
Menurut penuturan lisan orang Toraja khususnya bagi para bangsawan khususnya di Kecamatan Sa'dan Balusu' dan Sesean bahwa Londorundun yang bergelar "Datu Manili", adalah seorang putri yang cantik jelita yang memiliki rambut panjang dengan ukuran 17 depah 300 jengkal atau dalam Bahasa Toraja "Sang pitu da'panna, Talluratu' Dangkananna". Gadis jelita ini dipersunting oleh seorang raja dari Kabupaten Bone yang bernama "Datu Bendurana".

Bukti sejarahnya adalah sebuah buku besar yang modelnya persis dengan sebuah kapal dikawal oleh dua batu kecil yang modelnya seperti perahu berada di Sungai Sa'dan di desa Malango' (Rantepao) sebelah kanan jembatan Malango' yang menurut cerita leluhur secara turun-temurun adalah kapal milik Datu Bendurana yang datang mencari dan menyelidiki Datu Manili (Londorundun). Mereka dipertemukan dalam jodoh dan oleh sebab itu orang Bone tidak boleh berselisih dengan orang Toraja, karena mereka mempunyai "Basse" atau "Perjanjian". Salah satu saudara kandung Londorundun adalah "Puang Bualolo" kawin ke wilayah Sa'dan, dan menjadi leluhur pemilik Museum Londorundun yang terletak di Desa Tallunglipu, kompleks Bolu-Rantepao

Londa



Obyek wisata Londa yang berada di desa Sandan Uai Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 7 km dari kota Rantepao, arah ke Selatan, adalah kuburan alam purba. Tercipta secara alamiah oleh Yang Maha pengasih Tuhan yang empunya bumi ini. Gua yang tergantung ini, menyimpan misteri yakni erong puluhan banyaknya, dan penuh berisikan tulang dan tengkorak para leluhur tau-tau.

Tau-tau adalah pertanda bahwa telah sekian banyak putra-putra Toraja terbaik telah dimakamkan melalui upacara adat tertinggi di wilayah Tallulolo. Gua-gua alam ini penuh dengan panorama yang menakjubkan 1000 meter jauh ke dalam, dapat dinikmati dengan petunjuk guide yang telah terlatih dan profesional.

Kuburan alam purba ini dilengkapi dengan sebuah "Benteng Pertahanan". Patabang Bunga yang bernama Tarangenge yang terletak di atas punggung gua alam ini. Obyek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana jalannya baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung ke obyek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang atau kembang. Sangat tabu/pamali (dilarang keras) untuk mengambil atau memindahkan tulang, tengkorak atau mayat yang ada dalam gua ini.

Lo'ko' mata


Lo'Ko Mata suatu lokasi yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa mengambil posisi di lereng gunung Sesean pada ketinggian ± 1400m di atas permukaan laut. Suatu tempat yang sangat menawan, fantastic dan bila seseorang datang dan menyaksikan serta merenungkan ciptaan ini rasa kangen pasti ada.

Selain itu Anda dapat menyaksikan panorama alam yang sangat indah dan deru arus sungai di bawah kaki kuburan alam ini. Yang terletak di desa Pangden ±30 km dari kota Rantepao. Nama Lo'ko' Mata diberi kemudian oleh karena batu alam yang dipahat ini menyerupai kepala manusia, tetapi sebenarnya Liang Lo'ko' Mata sebelumnya bernama Dassi Dewata atau Burung Dewa, oleh karena liang ini ditempati bertengger dan bersarang jenis-jenis burung yang indah-indah warna bulunya, dengan suara yang mengasyikkan kadang menakutkan.

Pada abad XIV (1480) datanglah pemuda kidding yang memahat batu raksasa ini untuk makam mertuanya yang bernama Pong Raga dan Randa Tasik (I) selanjutnya pada abad XVI tahun 1675 lubang yang kedua dipahat oleh Kombong dan Lembang. Dan pada abad XVII lubang yang ketiga dibuat oleh Rubak dan Datu Bua'. Liang pahat ini tetap digunakan sampai saat ini saat kita telah memasuki abad XX. Luas areal wisata Lo'ko' Mata ± 1 ha dan semua lubang yang ada sekitar 60 buah.

Lemo



Daya tarik utama:

  • Liang Paa
  • Tau-tau
  • Bangunan tongkonan sasana budaya
Lokasi desa/lembang: Lemo
Berada di km 9 jurusan Makale-Rantepao masuk 600 meter. Lemo adalah salah satu kuburan leluhur Toraja, hasil kombinasi antara ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kreasi tangan terampil Toraja pada abad XVI (dipahat) atau Liang Paa'. Jumlah lubang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah sebagai lambang prestise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di Desa Lemo. Diberi nama Lemo oleh karena model liang batu ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik.
Sejak tahun 1960, obyek wisata ini telah ramai dikunjungi oleh para wisatawan asing dan domestik.

Pengunjung dapat pula melepaskan keinginannya dan membelanjakan dollar atau rupiahnya pada kios-kios suvenir. Ataukah berjalan-jalan di sekitar obyek ini menyaksikan buah-buahan pangi yang ranum kecoklatan yang siap diolah dan dimakan sebagai makanan khas suku toraja yang disebut "Pantollo Pamarrasan".

Bori' Kalimbuang

Obyek wisata utama adalah Rante (Tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit), dalam Bahasa toraja disebut Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu. Megalit/Simbuang Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).

Pada tahun 1657 Rante Kalimbuang mulai digunakan pada upacara pemakaman Ne'Ramba' di mana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan dua Simbuang Batu. Selanjutnya pada tahun1807 pada pemakaman Tonapa Ne'padda' didirikan 5 buah Simbuang Batu, sedang kerbau yang dikorbankan sebanyak 200 ekor. Ne'Lunde' yang pada upacaranya dikorbankan 100 ekor kerbau didirikan 3 buah Simbuang Batu.

Selanjutnya berturut-turut sejak tahun 1907 banyak Simbuang Batu didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil dan secara khusus pada pemakaman Lai Datu (Ne'Kase') pada tahun 1935 didirikan satu buah Simbuang Batu yang terbesar dan tertinggi. Simbuang Batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman Sa'pang (Ne'Lai) pada tahun 1962. Dalam Kompleks Rante Kalimbuang tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yang membuat kita mengetahui lebih banyak tentang Bori' Kalimbuang.